Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 07 Juli 2014


Contoh Naskah Drama 5 Tema Kedisiplinan

TERTIDUR  DI SEKOLAH

Contoh Naskah Drama 5 Tema Kedisiplinan


(Pada siang hari, beberapa menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, Bu Ayi, guru Bahasa Indonesia kelas 8-A, memberikan tugas kepada murid-muridnya.)
Bu Ayi       :”Anak-anak, pelajaran kita tentang Artikel telah dibahas.                              Kini, ibu akan memberikan tugas kepada kalian.”
Tinya         :”Yah… Janganlah bu ! Besok kan udah liburan…”
Bu Ayi       :”Justru karna itu, Tin. Nah, tugas kalian adalah kalian                            harus membuat sebuah kelompok, maksimal                                            beranggotakan 5 orang, dan kelompok tersebut akan                             membuat sebuah artikel tentang suatu masalah.”
(Lalu Shadity mengangkat tangannya untuk bertanya tentang tugas tersebut.)
Bu Ayi       :”Iya, ada apa Shadity?”
Shadity      :”Bu, yang ibu maksudkan dengan masalah itu, maksudnya gimana sih, bu?”
Bu Ayi       :”Begini, kalian harus membuat artikel, tetapi terserah
tentang masalah apa. Yang penting suatu masalah.   Misalnya, masalah yang terjadi di kota. Begitu, Shadity.”
(Tiba-tiba Vania datang dari luar dan langsung membuka pintu. Ia tampak habis berlari karena nafasnya terengah-engah.)
Vania         :”Huh.. Huh.. Huh.. Huh..Huh..”
Bu Ayi       :”Kamu kenapa, Van?”
Vania         :”Tttaa.. Tadi ada kkkuuu.. kucing, bu. Hiii !!!!!!”
Murid-       :”Huuu…!!”
murid
KRRRIINNNGG…. (Lonceng pun berbunyi, pertanda bahwa saatnya murid-murid untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.)
Bu Ayi       :”Anak-anak, jangan lupa ya, tugas artikelnya !”
Murid-       :”Iya, Bu.”
murid
(Bu Ayi pun keluar dari kelas 8-A dan murid-murid yang lain pun berhamburan keluar. Namun Vania, Shadity, Tinya, Visila, dan Eben masih berada di dalam kelas.)
Shadity      :”Van, satu kelompok yok !”
Vania         :”Kelompok apa?”
Shadity      :”Kelompok Bahasa Indonesia. Kita disuruh buat artikel,      Van. Anggota kelompoknya maksimal 5 orang.”
Vania         :”Oh, ayok ! (Tiba-tiba Tinya dan Visila lewat di depan         Vania dan Shadity.) Hei, Tin, Vis, satu kelompok yok !”
Tinya         :”Ayok, ayok.”
Visila          :”Iya, iya, ayoklah. Eh, masa semuanya cewe sih?? Laki-        lakinya ??”
Tinya         :”Si Eben ajalah.” (Sambil berbisik kepada Shadity, Vania,   dan Visila.)
Vania         :”Oh iya !! (Segera mendatangi Eben.) Ben, satu kelompok   yok !”
Eben          :”Hah?? Satu kelompok?? Oh.. Ya udahlah.”
Vania         :”Oke, deh. Berarti, besok, jam 9 pagi, kita ngumpul di        rumah aku, ya. Di Jalan Saudara No. 8, ya. Oke?? Oke??         Kalau gitu, aku pulang duluan ya. Daahh…”
Shadity,     :”Daahhh.., Vania.
Eben, Vi-
sila, &Ti-
nya
(Vania pun pulang. Shadity, Tinya, dan Visila sedang membicarakan dan mencari ide untuk tugas mereka besok. Namun, Eben termenung di mejanya. Tiba-tiba, beberapa menit kemudian, Eben pun tertidur.)
*********************************************************************

(Keesokan harinya, saat di rumah Vania…)
Vania         :”Eh, masalah kita apa, nih??”
Eben          :”Haaahh ! Aku tahu. Kelebayan yang merajalela !”
(Shadity, Tinya, dan Visila tertawa mendengarnya.)
Vania         :”Ah, kau ngejek aku ajalah, Ben !”
Eben          :”Hehehehe. Eh, aku ke toilet dulu, ya.” (Eben pergi      menuju ke toilet.)
Vania         :(Berjalan menuju ke sebuah jendela rumahnya.)
“Eh, tahu gak, rumah yang itu, kata orang-orang sini berangker, loh !”(Menunjuk ke sebuah rumah yang      kelihatan sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.)
Tinya         :”Yang mana??” (Menghampiri Vania)
Vania         :”Yang itu loh, Tin.” (Sambil menunjukkan rumah angker    tersebut kepada Tinya.)
Tinya         :”Wee ! Ke sana, yok.”
Visila          :”Aahh. Kau anehlah, mau kau mati?? Iiihh, aku ga     ikutlah.”
Shadity      :”Aku sama dengan Visila ajalah !”
Vania         :”Eh, aku jugalah. Iiisshh… Serreeemm…!!”
Eben          :”Apanya yang seram??” (Tiba-tiba menghampiri Vania.)
Vania         :”Ada deh…”
(Hari pun sudah siang. Shadity, Eben, Tinya, dan Visila pun pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, mereka datang lagi ke rumah Vania.)
Tinya         :”Wee… Ayoklah kita ke rumah itu ! Jadi penasaran aku,      lah.”
Shadity      :”Maksudmu??”
Tinya         :”Ya… Ke rumah angker itu.”
Eben          :”Ah, kau, sei lalap lah !”
Visila          :”Emangnya kau udah tahu, Ben?? Tahu dari mana sih??”
Eben          :”Dari dia.” (Sambil menunjuk Tinya.)
Visila          :”Oohh. Eh, bagilah makananmu, Ben.”
Eben          :”Ahh. Kau kerjanya makan ajalah. Nih.” (Memberikan       sebuah makanan ringan kepada Visila.)
Visila          :”Udah mau habis, nih. Sama aku aja ya, Ben.”
Shadity      :”Ya ampun, Visila.”
Visila          :”Hehehehe.”
Tinya         :”Wee… Kekmana jadinya?? Mau ikut gak, denganku??”
Shadity      :”Eh, kerjaan kita ini belum siap loh !”
Tinya         :”Kan tinggal diketik sama diprint ajanya… Ya udahlah ya, aku pergi dulu.”
Eben          :”Ikut. Ikut. Kau kan cuma sendiri, cewek lagi. Diapa-apain          pula kau nanti sama hantunya. Kasihan mama papamulah.”
Vania         :”Eh.. Aku jadi ikut lah.”
Visila &      :”Kami jugalah, Tin.”
Shadity
Tinya         :”Nah… Gitu lah.”
(Mereka pun pergi menuju rumah angker itu. Sesampainya di sana, mereka langsung masuk, akan tetapi Eben tiba-tiba menghilang.)
Visila          :”Eh, si Eben mana??”
Shadity      :”Tadi dia ada di belakang. Udahlah, nanti datang      juganya itu. Mungkin dia jajan, kali !”
Visila          :”Jajan? Isshh, kalau tadi aja aku tahu, ikut kian aku dengannya.”
Shadity      :”Astaga, Visila. Makanan ajalah dipikiranmu itu.”
(Mereka pun masuk ke dalam rumah itu.)
Eben          :”Haaaaaaahhh !!!!!” (Memakai jubah hitam.)
Vania,        :”Aaaaaaaaaa !!!!!” (Teriak sambil berlari keluar dari
Visila, &     rumah itu.)
Shadity
Eben &       :”Hahahahaha.” (Menunjuk Vania, Shadity, dan
Tinya         Visila.)
Visila          :”Eh !! Tunggu, makanan aku tinggal !!” (Pergi     meninggalkan Vania dan Shadity.)
Eben          :”Ini makananmuuu…” (Masih memakai jubah hitam.)
Visila          :”Aaaaaaaa !!!” (Teriak sambil mengambil makanan dari   tangan Eben dan keluar dari rumah itu.)
Shadity      :”Eehh, Tinya mana??”
Vania         :”Masih di dalam.”
Shadity      :”Aaahh. Pasti dia ikut ngerjain kita dengan si Eben. Ayo      kita masuk lagi !”
(Shadity, Vania, dan Visila yang sedang memakan makanannya masuk ke dalam rumah angker itu lagi.)
Shadity      :”Aahh. Kalian ini, pun.”
Vania         :”Eh, kalian ga takut ke rumah ini?”
Eben          :”Ngapain takut?? Dulu ini rumah kakek aku dengan          Tinya, kok.”
Vania         :”Pantesan si Tinya ga takut ke rumah ini.”
Shadity      :”Trus, kok ada sih, gosip kalau rumah kakek kalian ini        berangker??”
Eben          :”Gini, sha. Kakek kami dulu orang Belanda. Karena   teringat akan penjajahan, seorang tetangga kakek kami          membunuhnya. Lalu, orang yang membunuh kakek kami    menyebarkan gosip bahwa mayat kakek kami tidak                    dikubur. Padahal, setelah kejadian itu berlangsung,   ayahku datang dan keesokan harinya aku, Tinya, Ayah      kami, Tante kami, Paman kami, menguburkan mayatnya. Dan kami semua pun tidak meninggalkan rasa dendam                    bagi sang pembunuh kakek kami.
Vania         :”Yang sabar, ya, Tinya, Eben.”
Eben &       :”Iya. Makasih ya.”
Tinya

*********************************************************************

Shadity      :”Ben.. Ben.. Bangun Ben..”
(Eben terbangun dari tidurnya.)
Eben          :”Tinyaaa !! Kakek meninggal !!”
Tinya         :”Apanya kau?? Memang udah meninggal kok !!”
Eben          :”Hah?? Oh iya, ya. Hehehehe.”
Shadity,     :”Eeeee… Eben.. Eben..”
Tinya, &
Visila
(Ternyata Eben tertidur setelah Vania pulang dari sekolah. Ia bermimpi tentang sebuah rumah angker dan sejarah kakeknya dan Tinya.)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Teenagers-island Newest Website - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -